LONDON (NYTIMES) – Meningkatnya emisi gas rumah kaca dari produksi pangan di seluruh dunia akan membuat sangat sulit untuk membatasi pemanasan global ke target yang ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris, bahkan jika emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dihentikan segera, para ilmuwan melaporkan pada hari Kamis (5 November).
Tetapi mereka mengatakan bahwa memenuhi salah satu target – membatasi pemanasan keseluruhan abad ini hingga 1,5 derajat C – dapat dicapai melalui perubahan “cepat dan ambisius” pada sistem pangan global selama beberapa dekade mendatang, termasuk mengadopsi pola makan nabati, meningkatkan hasil panen dan mengurangi limbah makanan.
“Jika kita mencoba memenuhi target 1,5 derajat Celcius, tidak ada satu peluru perak pun yang akan membawa kita ke sana,” kata Dr Michael Clark, seorang peneliti di Departemen Kesehatan Penduduk Nuffield di Universitas Oxford di Inggris dan penulis utama penelitian baru, analisis efek iklim dari produksi pangan global yang diterbitkan dalam jurnal Science. “Tapi bersama-sama mereka semua akan melakukannya.”
Memenuhi target 2 derajat C akan lebih mudah, kata Dr Clark. Namun dalam kedua kasus tersebut, tambahnya, analisis ini didasarkan pada segera mencapai emisi “nol bersih” dari pembakaran bahan bakar fosil untuk listrik, transportasi dan industri.
Meskipun negara-negara telah berjanji untuk menguranginya, emisi bahan bakar fosil saat ini tidak mendekati nol, dan begitu mereka diperhitungkan, katanya, “setiap transisi pangan mungkin perlu lebih besar dan lebih cepat”.
Produksi pangan menghasilkan emisi karbon dioksida, metana dan gas pemanasan planet lainnya dalam banyak cara, termasuk pembukaan lahan dan deforestasi untuk pertanian dan penggembalaan, pencernaan oleh ternak dan ternak lainnya, produksi dan penggunaan pupuk dan penanaman padi di sawah yang banjir.
Emisi keseluruhan setara dengan sekitar 16 miliar metrik ton karbon dioksida per tahun, atau sekitar 30 persen dari total emisi global.
Sementara dunia cenderung fokus pada pengurangan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, studi baru menunjukkan pengurangan emisi dari makanan juga penting, kata para peneliti.
“Sistem pangan adalah semacam kuda hitam perubahan iklim,” kata Profesor Jason Hill, penulis senior makalah ini dan seorang akademisi dari University of Minnesota.
Para peneliti memperkirakan bagaimana emisi akan berubah dalam beberapa dekade mendatang ketika populasi dunia tumbuh, pola makan dan pola konsumsi berubah ketika beberapa negara menjadi lebih makmur, dan hasil panen meningkat.
Mereka menemukan bahwa emisi terkait makanan saja kemungkinan besar akan mengakibatkan dunia melebihi batas 1,5 derajat C dalam 30 hingga 40 tahun. Emisi makanan saja akan membawa dunia mendekati batas 2 derajat C pada tahun 2100.